Suntik Filler Wajah dan Make Up sebagai Bentuk Perilaku Perempuan Indonesia terhadap Standar Kecantikan



Perempuan dikenal sebagai makhluk yang indah, menawan dan juga mempesona. Perempuan memiliki sifat yang lebih lembut daripada laki-laki, serta perilaku perempuan juga diharuskan lebih sopan dan santun. Pemikiran tersebut akhirnya terkonstruksi di masyarakat dan melekat sehingga menjadi sebuah identitas di dalam diri perempuan. Banyaknya tekanan dan beban yang harus ditanggung dan dipenuhi perempuan dalam menjalani hidup di lingkungan sosial, misalnya karena perempuan identik dengan keindahannya maka perempuan pun dituntut untuk dapat merawat diri dari ujung kaki sampai ujung kepala agar terlihat indah di mata masyarakat. Tanpa kita sadari, para perempuan saat ini sedang bersaing untuk merebut dan mempertahankan ranahnya dalam dunia sosial dengan tujuan untuk mendapatkan kapital, baik itu kapital sosial, ekonomi, dan lain lain. Selain dengan keahlian serta kemampuan tertentu yang digunakan sebagai modal para perempuan untuk mencapai tujuannya, penampilan merupakan hal yang diprioritaskan di beberapa perusahaan, atau juga sebagai nilai plus bagi seorang perempuan. 


Standar kecantikan perempuan di masyarakat pada saat ini identik dengan yang berkulit bersih atau putih, berambut hitam panjang, hidung mancung, serta memiliki postur badan yang bagus, dalam arti tidak gendut dan tidak terlalu kurus. Standar kecantikan yang dikonstruksi masyarakat saat ini tentunya berasal dari iklan-iklan kecantikan di media massa, seperti iklan shampoo, iklan perawatan wajah (hand body) dan lain lain. Marshall McLuhan menyebut televisi sebagat hot media adalah media paling efektif untuk membangkitkan dan melumpuhkan kesadaran massa dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Hasil dari penggunaan produk yang ditawarkan dalam iklan tersebut menjanjikan sebuah kecantikan bagi para konsumen yang akan memakainya, direpresentasikan dengan model yang berkulit putih bersih, berambut panjang serta memiliki tubuh yang ramping. Semua model di dalam iklan produk kecantikan memiliki kesamaan ciri fisik yang sama sehingga mengkonstruksi pemikiran masyarakat bahwa model di dalam iklan tersebut adalah definisi “cantik” bagi masyarakat sekitar.


Sumber: Freepik

Seiring berkembangnya zaman dan dengan kemajuan teknologi tentunya banyak sekali klinik-klinik kecantikan ataupun alat-alat makeup yang memfasilitasi perempuan untuk mengejar dan mencapai standar kecantikan tersebut, tak jarang juga ada beberapa perempuan yang rela mengeluarkan duit puluhan juta untuk perawatan. Perempuan yang merasa tidak puas terhadap bentuk wajah atau tubuhnya akan selalu melakukan upaya-upaya yang dianggap dapat membantu mempercantik badannya sesuai dengan apa yang diinginkan. Saat ini perawatan wajah yang sedang marak di kalangan perempuan adalah filler wajah, baik itu untuk membuat hidung terlihat lebih mancung ataupun membuat muka terlihat lebih tirus. 

Filler atau nama lainnya adalah Dermal filler yaitu prosedur non-bedah untuk penambahan volume wajah atau anatomi tubuh lainnya dengan menggunakan jarum suntik. Teknik filler ini tentunya berbeda dengan operasi plastik dikarenakan tidak ada anatomi tubuh yang diubah, melainkan ditambahkan. Keuntungan dari melakukan filler ini adalah pasien mendapatkan hasil yang sangat natural tergantung dari teknik serta alat yang dipakai oleh klinik tersebut. Namun, terdapat efek samping seusai penerapan filler di wajah dan biasanya efek samping yang terjadi yaitu pembengkakan, kemerahan, infeksi dan lain sebagainya. Biaya untuk melakukan suntik filler ini tentunya memerlukan biaya yang mahal, dilansir melalui Berita Kompas, harga suntik filler berkisar 4,5 juta rupiah sampai 10 juta rupiah. Biaya yang sangat besar tentunya diperlukan untuk perawatan kecantikan premium dengan hasil yang menjanjikan


Sumber: www.thesun.co.id

Selain filler, trend kecantikan yang sedang populer saat ini tentunya teknik makeup yang semakin canggih dari waktu ke waktu. Pada zaman sekarang ini seseorang tidak perlu pergi ke klinik kecantikan untuk membedah hidungnya menjadi mancung, namun mereka dapat melakukan trik dan teknik makeup atau biasa dikenal dengan “shading” untuk membuat hidung terlihat lebih mancung. Selain itu, dengan teknik makeup shading” tersebut pun seseorang dapat membuat wajahnya terlihat lebih tirus, tentunya dengan menggunakan alat makeup yang khusus digunakan untuk shading sehingga memberikan ilusi wajah terlihat lebih kecil. Make up sebagai solusi memang tidak memberikan hasil dalam jangka waktu yang lama, setelah make up dihapus pun akan kembali ke bentuk wajah semula. 

Transformasi make up dengan menggunakan teknik ini pun menghasilkan tampilan wajah yang direkayasa, seakan-akan mewakili standar kecantikan menurut masyarakat dengan menutupi wajah yang sebenarnya. Bagi perempuan yang sering ber make up pun kadang merasa tidak percaya diri ketika pergi keluar rumah tanpa menggunakan make up, dimana ini adalah suatu sisi negatif dari penggunaan make up itu sendiri. Timbulnya rasa malu serta tidak percaya diri dengan muka tanpa make up ini merupakan hasil produksi budaya yang diciptakan oleh masyarakat sehingga seseorang berpenampilan sesuai dengan apa yang orang ingin lihat. 


Source: www.buzznick.com
Dengan hadirnya klinik kecantikan yang memberikan fasilitas untuk melakukan perubahan wajah tanpa melakukan operasi plastik ini tentunya menggunakan strategi-strategi tertentu untuk menarik konsumen. Pemasangan iklan klinik kecantikan dengan menggunakan model yang cantik sesuai dengan standar kecantikan masyarakat, ataupun dengan mengiklankan produk sembari menjanjikan hasil agar bisa seperti artis Korea Selatan. Seperti yang kita tahu maraknya Korean Wave saat ini menghasilkan hibriditas mengenai ideologi kecantikan terutama di Indonesia. Jika kita melihat wanita Indonesia pada zaman dahulu cantik dengan kulit sawo matangnya dan rambut hitam, sekarang ideologi kecantikan tersebut pun mulai bergeser, padahal kulit sawo matang adalah ciri khas penduduk Indonesia dengan kemajemukan budayanya. Dalam melakukan hal tersebut tentunya kaum perempuan memiliki tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan prestige atau mendapatkan kapital, baik itu kapital sosial ataupun kapital ekonomi. Selain dengan keahlian serta kemampuan tertentu yang digunakan sebagai modal para perempuan untuk mencapai tujuannya, penampilan merupakan hal yang diprioritaskan di beberapa perusahaan, atau juga sebagai nilai plus bagi seorang perempuan. 


Sources:
Burton, G. (2008). Media dan Budaya Populer . Yogyakarta: Jalasutra.
Fitriyani, I. (2009). Iklan dan Budaya Populer . Jurnal Ilmu Komunikasi.
Heryanto, A. (2015). Identitas dan Kenikmatan. Jakarta : PT Gramedia.
Sukmawati, D. R., & Dzulkarnaen , I. (2015). Konstruksi Kecantikan di Kalangan Wanita Karier . Journal of Sociology.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Interaksi Sosial

Mengenai Hukum Pidana

Penyimpangan Sosial