Pendidikan di Zaman Orde Lama


Zaman orde lama adalah zaman dimana Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya dibawah pimpinan Soekarno dan Muhammad Hatta. Tentunya pada zaman tersebut mengingatkan kita mengenai dibentuknya BPUPKI, yaitu badan pengurus upaya kemerdekaan Indonesia yang terdiri atas 60 orang dan diketuai oleh Dr Rajiman Widyodiningrat. Tidak lama pada saat itu juga keadaan Jepang sudah sangat terdesak sekali, lumpuh dan tidak bisa berbuat apa-apa. Perang Asia Timur Raya membuka jalan bagi Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan. Hal ini diperkuat dengan dibomnya kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, sehingga pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang pun menyerah pada sekutu dan tanggal 17 Agustus dengan persiapan yang seadanya, Indonesia pun memproklamasikan kemerdekaannya. 


Merdekanya Indonesia tentunya mengubah tujuan dan sistem pemerintahannya. Tujuan negara dibawah pimpinan Soekarno Hatta pada saat itu pun diubah, yaitu untuk mencapai masyarakat yang sosialis. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut yaitu melalui pendidikan. Pada saat itu, Indonesia meneruskan pengembangan sekolah-sekolah yang sudah ada pada zaman kolonial walaupun keadannya sangat terbatas. Masyarakat sosialis menurut Soekarno sendiri adalah masyarakat yang dapat hidup sejahtera, mencapai hidup yang makmur dari Sabang sampai ke Marauke. 

Kemudian munculah menteri pendidikan pertama yang bernama Ki Hajar Dewantara yang tentunya nama tersebut tidak asing di kuping kita. Beliau adalah menteri pendidikan yang memberikan intruksi kepada masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya yang berumur 8 tahun ke Sekolah Dasar. Pada saat itu juga diberlakukan ujian-ujian dengan sistem kolonial, yaitu pengawasan yang ketat dan tegas. Dibangun juga universitas di beberapa daerah, beberapa universitas yang dibangun saat itu adalah UI, UGM yang merupakan nama universitas unggulan sampai sekarang ini. Namun, pembangunan universitas hanya di beberapa daerah saja dikarenakan terbatasnya fasilitas dan dosen yang ada. 

                                             Foto: Pranata (1959)
Pada zaman orde lama, pemerintah serta masyarakat masih meyakini bahwa pendidikan merupakan media akselerasi untuk mencapai tujuan negara. Dari tujuan negara tersebut juga dibuat Ilmu Kewarganegaraan yang didalamnya terdapat ilmu pendidikan Islam, dimana guru mengajar dengan cara indoktrinasi dan menerapkan aspek psikomotorik yang berguna untuk membentuk kepribadian. Pendidikan yang diyakini merupakan jembatan untuk menuju masyarakat yang sosialis diperkuat dengan keberadaan guru-guru atau tenaga pengajar yang diapresiasi eksistensinya serta dihargai dengan cara diberi upah yang layak, bahkan pada saat itu juga Indonesia dapat mengirim tenaga pengajar sampai ke luar negeri. 

Pentingnya pendidikan di zaman orde lama ini dikarenakan Soekarno memiliki pemikiran bahwa pendidikan lebih diarahkan untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, dalam arti kritis. SDM yang berkualitas ini nantinya akan berguna untuk membangun negara itu sendiri. Peningkatan SDM yang berkualitas ini juga dilakukan dengan meningkatkan calistung (baca, tulis dan hitung) di dunia pendidikan. 

                                             Foto: www.t2n.com
Pada zaman orde lama ini juga pendidikan erat hubungannya dengan kepentingan politik kelompok tertentu dan berimbas pada perubahan kurikulum. Misalnya, ketika Indonesia dijajah oleh Jepang, kurikulum lebih bertujuan untuk kesemangatan kemiliteran dan pembangunan Asia Timur Raya. Soekarno yang pada saat itu sangat kenyang sekali dengan sistem pendidikan kolonial pun membuat pondasi atau dasar bagi Negara Indonesia yang dimana tujuannya untuk melindungi segenap bangsa Indonesia. Pada saat itulah Soekarno mengumumkan lima asas Pancasila sebagai dasar dan identitas Negara Indonesia. 

Pentingnya pendidikan bagi Soekarno dan rakyatnya dibuktikan dengan adanya kalimat “mencerdaskan kehidupan bangsa” pada Undang-Undang yang dibuat tahun 1945. Soekarno ingin mencapai tujuan negara yaitu masyarakat yang sosialis, salah satunya adalah msyarakat yang cerdas dan hal tersebut tidak dapat dilalui tanpa pendidikan. Soekarno pada saat itu percaya bahwa manusia yang berkualitas serta peningkatan calistung di berbagai daerah nantinya akan berguna untuk membangun negara yang cerdas, berkepribadian dan maju. Pendidikan nasional diharapkan menjadi salah satu jembatan untuk mencapai semua tujuan yang disusun oleh negara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Interaksi Sosial

Mengenai Hukum Pidana

Penyimpangan Sosial