Alienasi dan Konflik Kelas : Dampak Sistem Kapitalis pada Dunia Industri
Ilustrasi: stephaniemcmillan.org |
Seiring dengan perkembangan zaman, pekerjaan
manusia berubah dari menggunakan alat-alat produksi tradisional berganti
menjadi alat-alat produksi yang lebih maju dan modern dengan menggunakan
teknologi (mesin). Hal ini tentu saja selagi membuat pekerjaan menjadi lebih
mudah, cepat dan efisien juga dapat memproduksi barang dengan jumlah yang lebih
banyak daripada menggunakan alat tradisional. Masuknya industrialisasi ditandai dengan
perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan
di mana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin
beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi.
Pengaruh industrialisasi memang membawa
keuntungan kepada manusia, akan tetapi industrialisasi yang sedang berkembang saat ini juga membawa dampak negatif,
terutama pada perubahan sosial di masyarakat. Dampak negatif perubahan sosial
yang dihasilkan dari industrialisasi adalah alienasi,eksploitasi terhadap para
pekerja,dan terciptanya konflik antar
kelas (kelas borjuis dan proletar). Tidak lain tidak bukan hal ini disebabkan
karena industrialisasi berada dalam cengkeraman sistem kapitalis, yaitu sebuah sistem
kekuasaan yang hanya mementingkan keuntungan semata, tidak peduli jika harus
didapatkan dengan cara paksaan dan eksploitasi atas para pekerjanya.
Aksi Demo Freeport Indonesia | Foto: Jawapos.com |
Salah satu
simbol penjajahan kapitalisme di dalam bidang industri adalah PT Freeport
Indonesia, yaitu perusahaan tambang yang terletak di papua dan berada di bawah
naungan investor asing. Nama besar yang disandang PT. Freeport
tidak berpengaruh apapun terhadap negara Indonesia, bahkan kesejahteraan rakyat
dan nasib buruh di papua. Hal ini
terlihat dari PT Freeport Indonesia yang terus meraup untung setiap hari, namun
pendapatan karyawannya sangat rendah. Mereka pun melakukan aksi mogok kerja dan
menuntut perbaikan kesejahteraan dikarenakan perbedaan indeks standar gaji
karyawan kantor pusat Freeport di Amerika dengan kantor cabang Freeport di
papua.
Kasus ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme di dalam PT Freeport menyebabkan keterasingan/alienasi dari para karyawannya
maupun rakyat Papua itu sendiri. Ada beberapa unsur dari alienasi disini, yang
pertama, para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas
produktif mereka. Disini, kaum pekerja tidak memproduksi objek-objek
berdasarkan ide-ide mereka sendiri atau secara langsung memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Kebalikan dari itu, mereka bekerja untuk kapitalis, yang
memberi mereka upah untuk menyambung hidup. Lalu, para
pekerja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja. Seperti yang dikatakan oleh Karl Marx,
"Manusia pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja secara kooperatif untuk mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk terus bertahan".
Namun, di dalam kapitalisme ini kooperasi dikacaukan, dan manusia
dipaksa untuk bekerja untuk kapitalis dan tidak saling mengenal meskipun mereka
bekerja berdampingan.
Ilustrasi: Thinkstocks/Artisticco |
Selain alienasi, terdapat juga kesenjangan sosial dan konflik diantara dua macam kelas,yaitu antara kelas borjuis dan proletar. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern/para pemilik modal. Mereka memiliki alat-alat produksi dan mempekerjakan pekerja upahan. Kelas proletar atau dalam dunia industri disebut dengan buruh adalah kelas yang berada dibawah kendali para borjuis, yang dipekerjakan, bahkan di eksploitasi oleh mereka. Tentunya, industrialisasi akan menimbulkan perubahan sosial ke arah pertentangan antar dua kelas tersebut. Kompetisi dengan toko-toko besar dan rantai monopoli akan mematikan bisnis-bisnis kecil dan independen. Para kaum borjuis yang memiliki modal dan alat produksi pun bebas melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dan mendapatkan keuntungan untuk kepentingan pribadi semata.
Naiknya harga BBM merupakan bukti wajah buruk penindasan kaum borjuis terhadap kaum proletar. Berbagai bentuk penolakan kenaikan BBM dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk ketidaksetujuan naiknya BBM. Penolakan itu diekspresikan dalam berbagai bentuk, baik demonstrasi, aksi, tulisan, audiensi ke DPR/DPRD, seminar, diskusi dan bentuk-bentuk ekspresi lainnya.
Dengan BBM naik, biaya produksi akan bertambah, sebagian para pengusaha akan gulung tikar karena tidak mampu untuk menekan biaya produksi yang melonjak. Para pengusaha yang gulung tikar ini akan terpaksa turun kelas menjadi proletariat, begitu juga dengan pengusaha-pengusaha lain yang turun kelas dikarenakan ulah para kaum borjuis.
Kesenjangan diantara kedua kelas ini akan terus ada di dalam kehidupan masyarakat. Kaum proletar akan menyerang kaum borjuis untuk meminta keadilan, sementara kaum borjuis tetap mempertahankan eksistensi nya, yang dimana tujuan utama mereka adalah mendapatkan keuntungan. Dapat disimpulkan bahwa sistem kapitalis pada dunia industri menimbulkan keterasingan (alienasi) ntah itu terhadap pekerjanya ataupun masyarakat di sekitarnya terutama kaum proletar yang dibungkam dan dibutakan oleh kapitalis. Selain itu juga menyebabkan kesenjangan sosial yang nyata antara si kaya dan si miskin (kaum borjuis dan proletar) serta konflik di dalamnya dikarenakan konflik kepentingan yang inheren yang membentuk kelas-kelas.
Keren tulisannya
BalasHapus